Kamis, 07 Oktober 2021

Bertanya: Jalan Membuka Ilmu Pengetahuan

   Refleksi Pertemuan 6

   

Dengan adanya pertanyaan, maka kita mempunyai alasan untuk menjawan dan berdiskusi. Oleh karena itu, jika kita berhenti bertanya maka kita terancam untuk masuk pada ranah mitos atau ranah yang tidak lagi memikirkannya. Namun jika sudah berkali-kali ditanya, dan tidak ada perubahan untuk berusaha mencari ilmu, maka sebenarnya kita sendiri yang tidak mau berubah. Ilmu itu harus dicari, melalui banyak cara, bisa membaca, mendengarkan, mengalaminya, atau bisa juga dengan berdiskusi, karena berdiskusi sama dengan mengulangi pengalaman. 

Menurut Immanuel Kant, secara garis besar pikiran itu dibagi menjadi dua, yaitu rasionalitas dan pengalaman. Rasionalitas yang ditingkatkan itu bisa sampai pada langit yang mempunyai kebenaran koherensi yang berarti sesuai. Pengalaman yang ditingkatkan bisa sampai ke bumi, kebenaran bumi adalah korespondensi yang artinya kecocokan. Berfilsafat itu ada tingkatannya, jadi masuk pada ranah metafisik. Pengalaman dan pikiran menjadi satu kesatuan jika kita menggunakannya menjadi pengalaman berpikir. Pikiran terdiri dari analitik apriori, sedangkan pengalaman terdiri dari sintetik aposteriori. 

Melihat tanpa persiapan, melihat dengan intensi, melihat dengan meneliti, dan melihat dengan tujuan adalah hal yang berbeda-beda. Sifat dari aposteriori adalah kontingensi. Pengalaman yang diulang adalah diskusi. Konsisten karena analogi. Antitisis dari sensasi adalah pengetahuan. Langit adalah apa yang di atas dari objek yang dimaksud. Semua yang sulit diketahui adalah transenden. Sehingga kesalahan langit adalah para logos atau antinomi. Langit pun bisa bersalah. Ada yang dinamakan dengan transcendental skematik, sehingga ilmu bersifat membedakan. Sehingga cara untuk membelah langit adalah dengan transcendental skematik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar