Jumat, 08 November 2013

Rafleksi 6, Filsafat Ilmu

REFILSEP VI
(Sejarah aliran filsafat)

Semua berangkat pada yang ada dan yang mungkin ada. Berbagai macam sifat ada, yang ada bisa bersifat tetap yang dibawa oleh filsuf Permenides dan yang ada juga bisa juga bersifat berubah yang dibawa oleh filsuf Heraclitos. Dalam hal ada, ada unsur yang naik dan ada pula unsur yang turun, jika skemanya diurutkan dari bawah, maka terdiri dari dimensi material, dimensi formal, dimensi normatif, dan dimensi spiritual. Yang ada berjumlah satu untuk dimensi yang menyentuh spiritual (akhirat), dan yang ada berjumlah banyak untuk dimensi yang menyentuh material (dunia).
Aliran tersebut mengalir, kemudian yang ada itu bisa berada di dalam, dan bisa pula berada di luar. Jika berbicara yang ada bersifat tetap dan berubah, maka jika kita berbicara tentang ruang dan waktu, maka yang akan terjadi adalah pertengkaran. Numun karena dalam filsafat itu diperlukan adanya toleransi terhadap ruang dan waktu. Plato (idealism) adalah filsuf yang mendukung bahwa yang ada itu bersifat tetap, sedang kan muridnya yang bernama Aristoteles (realism) merupakan filsuf yang mendukung bahwa yang ada itu bersifat berubah. Muncullah dengan variasi monoism dan realism dan pluralism. Muncullah Rene Descartes (rasionalism), dan David Hume (empirism). Rene Descartes melanggengkan pendapat Permenides bahwa segala sesuatunya itu bersifat tetap. Muncullah juru damai dalam filsafat yaitu Immanuel Kant. Immanuel Kant mempunyai banyak aliran dalam filsafat. Immanuel Kant mengatakan bahwa sifat dari aliran yang dibawa oleh Rene Descartes adalah analitik a priori yang kebenarannya bersifat koherensi, sedangkan sifat dari aliran yang dibawa oleh David Hume adalah sintetik aposteriori yang kebenarannya bersifat korespondensi. Oleh karena itu, Immanuel Kant ilmu adalah gabungan antara pengalaman (sintetik) dan logika (analitik) sehingga menjadi sintetik apriori. Logika saja tanpa pengalaman adalah kosong, sedangkan pengalaman saja tanpa ilmu adalah buta. Oleh karena itu hakekat mencari ilmu adalah gabungan antara pengalaman dan logika agar kita tidak menjadi buta dan kosong. Oleh karena itu, matematika murni yang hanya mengandalkan analitik terancam sebagai bukan ilmu (hanya separuh ilmu).
Berselang beberapa abad tepatnya pada abad ke-19, lahirlah filsuf August Comte yang mengklaim bahwa dirinya adalah positivime. August Comte mengatakan bahwa cukup menggunakan logika dan ilmu pengetahuan saja untuk membangun masyarakat. August Comte mengatakan bahwa spiritualism adalah paling bawah tempatnya yang disusul oleh tradisionalism, dan selanjutnya adalah maju. Hal ini menyiratkan bahwa jika ingin maju maka tinggalkanlah spiritualism. Menurut August Comte, sebagian dari spiritualism itu bersifat irrasional. Dari sinilah muncul segala macam pengetahuan (logi) seperti biologi, sosiologi, antropologi, dan ilmu pengetahuan lainnya.
Dimensi yang dibangun oleh August Comte berbenturan antara dunia barat dan dunia timur. Dimana dimensi pada dunia timur dimulai dari dimensi material, formal, normatif, dan spiritual, sedangkan dimensi pada dunia barat dimulai dari dimensi spiritual, tradisional, dan maju. Karena adanya benturan tersebut, mulailah perkembangan kemajuan teknologi yang disebut fase eksploitasi dunia (feudalism) dan penjajahan. Oleh karena perkembangan tersebut tanpa disadari telah menyusup ke berbagai dimensi kehidupan, maka muncullah yang dinamakan Power Now, dimana Power Now menganggap struktur dunia itu bukanlah masalah tulisan dan ucapan, tetapi bagaimana mewujudkannya dan mengisinya agar tidak menjadi kosong dan buta.
Power Now memandang bahwa masyarakat terendah adalah masyarakat archaic (masyarakat pada zaman batu), kemudian masyarakat tribal, kemudian masyarakat tradisional, kemudian masyarakat feodal, masyarakat modern, masyarakat post modern, masyarakat pos post modern (kontemporer/kehidupan sekarang). Inilah yang diperjuangkan oleh Power Now, sehingga tak terkendalilah kemajuan sekarang, sehingga terciptalah sitem yang tak terkendali. Hidup ini pun menjadi saling dajjal mendajjalkan.
Dengan empat pilar utama yaitu pilar neo kapitalism, neo utilitarian, neo pragmatism, dan neo hedonism, itulah yang digunakan untuk mengeksploitasi. Oleh karena itu kita sering menjumpai fenomena-fenomena yang tak terprediksi (unprediction). Sehingga diri kita sendiri telah berubah menjadi power now. Solusi dari fenomena-fenomena ini adalah selalu beristigfar (selalu mengingat Tuhan). Beristighfar dalam bertempur melawan power now, diperlukan metode yang dinamis, fleksibe, cerdas, kritis dan kreatif. Oleh karena itu, inilah pentingnya flsafat. Dengan filsafat kita dapat mengungkap semua hal itu menjadi sebuah kesadaran dan mengembalikannya pada diri kita masing-masing.
Kehidupan kita termasuk di dalamnya kebijak-kebijakan dan sebagainya sedang mengalami dilema unantivalensi termasuk pengembangan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengalami tekanan yang luar biasa untuk menyeimbangkan dengan kebutuhan power now, sehingga diberlakukannya metode sains dalam kurikulum tersebut. Kita tidak dapat mengutuk kurikulum tersebut, karena secara langsung maupun tidak langsung kita telah turut andil dalam kurikulum tersebut. Dunia ini bukanlah mengenai baik dan buruk atau benar dan salah, tetapi dunia ini ibarat siang dan malam yang saling membutuhkan. Tidak bisa lagi menggunakan cara tradisional dalam menyelesaikan masalah-masalah global (kontemporer).
Menurut filsafat ilmu itu ada dua, yaitu ilmu kealaman dan imu humaniora. Dan ilmu yang lainnya dijabarkan dari dua ilmu lainnya. Kurikulum 2013 hanya menghendaki ilmu alam saja dan melupakan ilmu humaniora. Ilmu humaniora tidak cocok untuk menggunakan metode saintifis. Hal inilah yang merupakan suatu nodus. Hal ini juga termasuk dalam fenomena power now.  Dewan power now adalah rasa ingin tahu yang tak terbatas.
Cara menyeimbangkan antara dimensi dalam kehidupan yang berbeda dengan kehidupan dalam dimensi yang berbeda. Orang barat menyeimbangkannya dengan menggunakan cara hermenetika dalam terjemah dan diterjemahkan terhadap yang ada dan yang mungkin ada. Orang timur menggunakan metode silaturahim dalam menerjemah dan diterjemahkan. Cara mentolerir gempuran sang power now dengan cara memanfaatkannya dengan hal yang baik dalam dimensi spiritual.

Refleksi 5, Filsafat Ilmu

REFILSEP V

Bagaimana agar dapat mengaturnya dan mengambil alih kembali filsafat keraguan dalam kehidupan yang telah meraja lela.
Filsafat adalah olah pikir. Olah pikir memang disarankan untuk keragu-raguan, namun jangan merasa ragu di dalam hati. Jadikanlah hati sebagai komandan dari pikiran. Intensifkan spiritual dalam menggapai hati yang tidak ada keragu-raguan. Jika ada keraguan dalam hati, maka itulah godaan syaitan.

Bagaimana para filsuf menyampaikan filsafatnya, sehingga para filsuf terkenal sampai sekarang.
Para filsuf tidak pernah memikirkan bahwa ia sedang berfilsafat. Seperti Socrates yang mencari kebenaran, apa yang dipikirkan oleh Socrates adalah metodologi filsafat, yaitu dengan terus mengajukan pertanyaan hingga yang ditanya tak bisa menjawab. Immanuel Kant sekedar mencari kebenaran. Kaum empiris tokohnya David Hume, kaum rasional tokohnya Rene Descartes. Para filsuf menyampaikan filsafat mereka dengan cara menulis, sehingga kita bisa mengenal mereka melalui tulisan-tulisannya.

Bagaimana cara filsuf menyebarkan filsafat mereka.
Para filsuf menyebarkan filsafat mereka dengan cara berkarya. Dari tulisan-tulisan mereka yang mampu mengubah pola pikir manusia sehingga mereka menjadi terkenal sampai sekarang, karena mereka mampu menangkap berbagai fenomena dan menuangkan dalam bentuk tulisan-tulisan yang kemudian dibaca oleh banyak orang.

Sebagai dosen atau guru, filsafat apa yang sebaiknya dipilih.
Sebagai pemula, belum bisa dikatakan memilih, sama saja dengan orang yang belum pernah pergi kemana-mana, tidak tahu harus menggunakan kendaran apa. Syarat untuk bisa memilih adalah kenal, punya pengetahuan dan mampu. Sebagai guru atau dosen, bukan alirannya yang penting, tetapi adalah implikasi-implikasi yang bermanfaat. Jikalau kemudian seseorang telah profesional dan mampu mempelajari fikiran filsafat, maka sudah bisa memilih arah dan aliran filsafatnya.

Fisafat terus berkembang sampai sekarang, bagaimana filsafat dapat mendominasi kehidupan manusia.
Immanuel Kant adalah filsuf paling lengkap aliran filsafatnya. Jika kita membahas tentang filsuf Socrates, maka pasti kita akan bertemu dengan filsuf Immanuel Kant. Jika kita membahas tentang Plato, maka kita akan membahas juga tentang Socrates. Itulah filsafat yang lebih cair dari pada air, dan lebih menguap dari pada uap. Itulah cepatnya filsafat, apalagi Sang Pencipta yang menciptakan manusia yang mampu untuk berfilsafat.

Bagaimana cara mentranformasikan atau menyampaikan ilmu filsafat yang tepat agar tidak dianggap egois dan sesuai dengan wadahnya.
Filsafat itu tidak disampaikan, tetapi filsafat itu kita sendiri yang membangunnya dengan cara banyak membaca. Jika fikiran kita masih dalam hal meminta, maka kita belum bisa keluar oleh bayang-bayang idola, sehingga kita belum dapat sampai pada suatu hakekat.

Apa ada hubungan antara berfikir filsafat dengan aliran liberal.
Liberalisme adalah aliran politik, termasuk pada fundamentalisme juga termasuk di dalamnya. Politikus di Indonesia, ada yang mengatakan dan tidak ada yang membetulkan. Ia mengatakan bahwa demokrasi kita adalah liberal, maka secara substansi ia telah kehilangan makna pancasila. Dalam implementasinya, demokrrasi pancasila kita masih sulit ditemukan di Indonesia.

Kita bisa mengetahui tanpa menghafal, tetapi kita juga dengan mudah melupakannya.
Meurut filsuf Browner, hakekat ilmu adalah intuisi. Dalam intuisi dikenal intuisi ganda. Manusia mampu beraktivitas dan bekerja dikarenakan manusia mempunyai intuisi ganda. Hal-hal biasa dalam kehidupan kita sebaiknya diusahakan sendiri dengan menggunakan intuisi keruangan dan intuisi waktu yang kita miliki tanpa menggunakan alat ataupun kecanggihan teknologi.

Bagaimana seharusnya kita bisa menyikapi aliran para filsuf.
Kita tidak akan mampu menyikapi berbagai aliran para filsuf jika kita belum mengetahui aliran-aliran filsafat tersebut. Aliran para filsuf juga berhubungan satu sama lain. Jangankan menyikapi aliran para filsuf, yang ada dan yang mungkin ada juga berhubungan.

Di dalam filsafat memerlukan pikiran filsuf terdahulu, bagaimana dengan pikiran dari filsuf yang baru.
Permenides berpendapat bahwa hakekat ilmu adalah tetap, namun kemudian ditentang oleh Heraclitos bahwa hakekat ilmu adalah berubah. Yang tetap adalah pikiran kita tentang ilmu, dan yang tetap adalah manusia sebagai ciptaan Tuhan. Yang berubah adalah empiris yang juga berupa pengalaman. Hidup ini mempunyai modus, dan modus itulah yang mewadahi sikap dan perilaku kita sebagai manusia. Itulah sebabnya mengapa hidup itu membutuhkan kanopi. Tidak perlu manusia mengungkap aib ataupun keburukannya sendiri.

Mengapa sulit sekali menghilangkan kesombongan.
Kesombongan itu tergantung pada wadahnya. Ada kesombongan yang baik, namun ada juga kesombongan yang buruk. Jadi diperlukan pemahaman yang sangat luas disertai hati yang bersih untuk mampu menempatkan kesombongannya.


Minggu, 13 Oktober 2013

Refleksi 4, Filsafat Ilmu


REFILSEP IV

Alam semesta terbuat dari apa?
Tuhan itu mendahului segala sesuatu. Mendahului apa-apa yang diciptakan. Manusia mempunyai sejarah yang terbatas. Sebenar-benar sejarah adalah milik Tuhan. Apalah manusia mengerti sejarah dirinya, manusia sebenarnya tidak mengetahui dirinya walaupun hanya satu titik. Tuhan itu mendahului segala sesuatu. Mendahului segala sesuatu yang diciptakannya. Jadi Tuhanlah yang mempunyai sejarah. Manusia sejarahnya sangat terbatas dan relatif. Tuhanlah yang mengetahui semua sejarah dari yang ada dan yang mungkin ada.
Ketika kita melakukan olah pikir dan olah hati, maka kita menggunakan spiritual. Ketika menggunakan olah hati, maka manusia yang bersifat tidak sempurna, mempunyai wilayah penekanan-penekanan di dalamnya. Ada kalanya ketika kita berada, kita masih menggunakan otak kita, tetapi jika kita mengintensifkan spiritual kita, maka kita harus menghentikan olah pikir kita. Pengetahuan spiritual manusia bisa tinggi dan rendah, namun kualitas dalam spiritual kita hanya Tuhanlah yang tahu.
Alam semesta terbuat dari apa, merupakan misteri Tuhan. Manusia hanya mempunyai batas tertentu dalam berpikir, jika manusia mengetahui Alam semesta terbuat dari apa, maka sesungguhnya manusia mulai mengenal misteri Tuhan. Kendalikanlah pikiran kita menggunakan hati kita. Tetapkanlah hati kita sebagai komandan kita. Sebenar-benarnya dan semampu-mampunya berfilsafat adalah menjelaskan.
Apa yang kita peroleh dan apa yang kita baca, itulah yang kita gunakan sebagai awal dari pemaham kita. Jangan mudah merasa sombong atas apa yang sedah kita peroleh. Berfilsafat itu adalah mencari hakekat. Pengalaman adalah separuh dari ilmu, separuhnya lagi adalah memikirkannya. Ilmu bukanlah sesuatu yang instan.

Perlukah menghafal dalam belajar filsafat?
Metode menghafal adalah metode yang naïf bin konyol. Karena metode tersebut tidak mencapai sasaran. Sasaran dari pembelajaran adalah pemahaman. Tujuan dari belajar adalah bagaimana caranya yang mungkin ada menjadi ada.

Apakah ada tokoh filsafat yang baru?
Filsafat itu berdimensi, sehingga tokohnya juga berdimensi. Pikirannya juga berdimensi. Dimensi itu menyangkut struktur. Strukturnya menyangkut yang ada dan yang mungkin ada. Hal ini menyangkut salah satu struktur dari bermilyar-milyar struktur yang ada. Ada filsafat material, formal, normati, dan spiritual. Bentuk-bentuk materialnya berbentuk Buku-bukunya,tulisannya, dan sebagainya, tokoh-tokoh formal Plato, Socrates, Rene Descartes, Immanuel Kant, Russel, dan yang lainnya, sedangkan tokoh-tokoh normatifnya adalah pikiran-pikirannya para filsuf dan ide-idenya. Dalam berfilsafat, maka diri kitalah tokoh substansi dari filsafat kita. Fungsi dari belajar filsafat adalah membebaskan pikiran kita dari keterkungkungan tokoh-tokoh lain dalam hal metodologi berpikirnya sesuai dengan dimensi ruang dan waktunya.

Apa beda antara kebanggaan dan kesombongan?
Manusia itu tidak sempurna dan mempunyai banyak kesalahan dan kekurangan. Salah satu kekurangannya adalah manusia tidak bisa terisolasi. Manusia itu terbatas. Karena keterbatasannya maka manusia menemukan arti hidupnya. Sesungguhnya manusia itu multiwajah ketika di dunia. Namun jika kita kembali ke langit, maka manusia hanyalah satu, yaitu kekuasaannya. Begitu turun ke dunia, maka manusia adalah multifacet (plural). Manusia tak pernah mencapai namanya. Hanya Tuhanlah yang sama dengan nama-Nya. Bangga dan kesombongan lebih ke bentuk wadahnya. Bangga dan sombong sama-sama menjadi predikat dari suatu subyek.

Mengapa pengetahuan bisa muncul dari keragu-raguan?
Tokoh bersejarah dari paham keragu-raguan adalah ilmu adalah Rene Descartes. Padahal, rene Descartes meragukan semuanya tanpa terkecuali termasuk Tuhan. Keragu-raguannya itu dalam rangka menemukan Tuhan. Ragu-ragu juga berdimensi. Ragu-ragu bisa menjadi ilmu karena setelah meragukan sesuatu maka ketemulah pengetahuan.

Bagaimana cara membedakan penjelasan mengenai material, formal, normatif, dan spiritual dalam berfilsafat?
Dalam mempelajari filsafat, apalagi untuk membedakan berbagai dimensi, tidaklah seinstan yang kita pikirkan. Material, formal, normatif, dan spiritual mempunyai dimensinya masing-masing. Susahnya memahami bahasa analog sama halnya dengan membedakan dimensi tersebut. Memahami perbedaan dari dimensi memanglah sulit, sama halnya dengan tidak mudahnya memahami bahasa analog. Inilah cara berkomunikasi antara dimensi.

Kamis, 10 Oktober 2013

Refleksi 3, Filsafat Ilmu


REFILSEP III

Bisakah kita mengetahui filsafat seseorang itu seperti apa?
Tidak ada seorang filsuf yang mengaku bahwa dirinya filsuf. Contohnya Immanuel Kant adalah seorang rasionalism, empirisism, transcendentalism, dan seterusnya, tergantung pada karya-karyanya. Rene Descartes bisa seorang rasionalism karena mengandalkan rasio, tetapi juga seorang sceptisism karena memperoleh pengetahuan melalui keragu-raguan, dan seterusnya. Tidaklah seorang di dunia ini yang mengaku bahwa ia telah menguasai filsafat.

Bagaimana peran filsafat terhadap ilmu yang lainnya?
Semua yang ada dan yang mungkin ada pasti mempunyai hakekatnya sendiri-sendiri. Sehingga setiap ilmupun pasti mempunyai hubungan dengan filsafat.

Mengapa matematika bukan ilmu?
Menurut Immanuel Kant, ilmu terdiri dari dua hal, yaitu logika dan pengalaman. Keduanya saling bersinergi dan saling menyokong. Pikiran harus disertai dengan pengalaman, dan pengalaman harus disertai dengan pemikiran. Dalam matematika, kebanyakan hanya berpikir saja, tanpa melakukan banyak pengalaman. Sehingga matematika itu barulah separuh ilmu. Ilmu yang kokoh atau ilmu yang seutuhnya adalah yang menggunakan logika dan pengalaman dalam memperoleh ilmu tersebut. Berfilsafat adalah kemampuan menjelaskan, menerangkang, berpikir logika dalam menjelaskan pengalaman. Berfilsafat itu melihat secara keseluruhan, mengambil satu titik yang mewakili keseluruhannya menggunakan metode reduksionisme.

Apakah kita bisa mengukur kemampuan berfilsafat?
Berfilsafat sesuai dengan dimensinya.  Setiap dimensi mempunyai bahasanya masing-masing. Berfilsafat itu sangat halus dan sangat lembut. Seseorang tak bisa diukur filsafatnya, tak ada yang mampu mengetahui bahwa ia telah memahami filsafat.

Diperoleh dari mana istilah-istilah dalam filsafat?
Istilah-istilah dalam filsafat diperoleh dari semua hal yang ada dan yang mungkin ada. Belajar filsafat adalah sopan dan santun terhadap yang ada dan yang mungkin ada. Sopan dan santun bisa diraih dengan mengerti dan memahami apa yang kita pelajari. Membacalah, karena dengan membaca kita telah mengadakan yang mungkin ada. Dalam menuntut ilmu, kenakanlah substansi dalam berfilsafat.

Apakah hukum dunia menurut filsafat?
Menurut filsafat, dunia mempunyai dua hukum, yaitu hukum identitas dan hukum bukan identitas (hukum kontradiksi). Hukum identitas akan termakan oleh hukum kontradiksi jika dia sensitif terhadap ruang dan waktu. Contoh, 2 + 3 =5 akan menjadi benar jika terbebas dari ruang dan waktu. Ruang adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Secara filsafat 2 = 2 akan terjadi kontradiksi, karena tidak ada segala sesuatu yang dapat menempati waktu dan ruang dalam waktu dan ruang yang sama. Tidak adalah segala sesuatu yang sama dengan namanya sendiri, kecuali Allah SWT yang sama dengan nama-Nya.



Rabu, 02 Oktober 2013

Refleksi 2, Filsafat Ilmu


REFILSEP II

Berfilsafat tidak berawal dari sesuatu yang sulit, tetapi berfilsafat berawal dari sesuatu yang wajar-wajar saja yang melekat pada diri kita masing-masing. Berfilsafat adalah olah pikir. Berfilsafat berarti mengembarakan pikiran kita. Berfilsafat juga berarti bersyukur bahwa kita masih diberi kemampuan untuk hidup dan menghidupkan, karena filsafat itu hidup dan menghidupkan.
Bagi sebagian besar dari kita merasa filsafat itu sangatlah sulit untuk dimengerti. Sehingga muncullah keinginan untuk mengetahui bagaimana cara menjawab pertanyaan secara filsafat. Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam konteks filsafat dari setiap orang pasti berbeda-berbeda tergantung pada dimensi ruang dan waktunya.  Filsafat itu sensitif terhadap ruang dan waktu, artinya kita sadar bahwa ada dimensi vertikal (hubungan kita kepada Tuhan) dan dimensi horisontal (hubungan kita dengan sesama makhluk ciptaan Tuhan meliputi yang ada dan yang mungkin ada).
Dimensi itu rumit, komleks, dan saling tali temali. Dalam filsafat, bukanlah jawaban yang dipentingkan melainkan bagaimana penjelasan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Seperti contohnya pertanyaan mengenai mengapa air mineral dalam kemasan gelas itu tidak tumpah? Hal ini disebabkan karena holistik. Mengapa disebut holistik? Karena untuk mencari kesempurnaan. Oleh karena itu, semua sisi dan sudutnya terdapat kesempurnaan sehingga air dalam kemasan gelas itu tidak mudah tumpah.
Hidup yang indah itu adalah hidup yang komprehensif dan holistik. Hidup yang tak karuan dan tak seimbang itu adalah hidup yang parsial. Segala sesuatu yang telah terjadi disebut takdir. Segala sesuatu yang belum terjadi disebut ikhtiar. Tuhan selalu memberikan keseimbangan dalam hidup ini, oleh karena itu ada ekuilibrium dalam hidup ini agar tak terjadi suatu kesenjangan dan tak keseimbangan. Oleh karena ittu, manusia selayaknya senantiasa memohon ampun, agar senantiasa berada dalam tuntunan dan ridho Allah SWT sehingga senantiasa dapat menyeimbangkan hidup. Salah satu contoh menyeimbangkan hidup adalah memiliki pikiran yang kritis dan hati yang ikhlas.
Bagaimana cara memahami filsafat. Pertanyaan itu sering muncul pada diri yang sedang mempelajari filsafat. Filsafat itu terdiri dari dimensi material, formal, normatif, dan spiritual. Oleh karena itu, jika filsafat telah menyentuh dimensi spiritual, maka filsafat itu harus berhenti. Refleksi dari pengalaman suatu pengetahuan adalah gabungan antara logika, rasionalitas, dan pengalaman itu sendiri sehingga senantiasa terjadi tesis dan anti tesis dalam pengetahuan.
Menjawab secara filsafat juga harus meriver kepada pikiran para filsuf. Contoh kecilnya adalah suatu pertanyaan mengapa kita kuliah? Menurut filsuf Plato, kita kuliah kareana sesuatu yang diideliskan atau dicita-citakan. Plato mengemukakan bahwa segala sesuatu yang ia pikirkan bersifat idealis, tetapi yang nampak hanyalah contoh saja, tak ada yang sempurna. Mengapa tak ada yang sempurna? Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
Mengapa dalam kebaikan ada keburukan? Karena relatif. Mengapa dalam keburukan ada kebaikan? Karena relatif terhadap dimensi ruang dan waktu. Filsafat adalah akumulasi, sehingga setiap kata mewakili dunianya sendiri, dan setiap dunia terkarakterisasi oleh kata-kata maupun kalimat yang mengkarakterkan dunia itu sendiri. Contoh paling sederhanya adalah mengapa manusia menangis? Jawaban-jawaban yang mungkin muncul dari pertanyaan tersebut adalah jawaban-jawaban yang mewakili duanianya masing-masing. Contohnya, dalam sudut pandang filsafat, menangis karena kuasa maupun tak kuasa. Dalam sedut pandang spiritual, menangis karena khusyuk. Dalam sudut pandang psikologi, menangis karena perasaan. Dalam sudut pandang ekonomi, menangis karena tak mempunyai uang. Dalam sudut pandang politik, menangis karena kegagalan daam suatu koalisi. Dalam sudut pandang pendidikan, menangis karena tak berilmu, dan masih banyak lagi penyebab menangis dari berbagai sudut pandang yang meliputi segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
Dalam filsafat, nenek moyang para filsuf adalah Herakritos dan Permenides. Menurut Herakritos, segala sesuatu itu berubah, dan menurut Permenides, segala sesuatu itu tetap. Segala sesuatu yang berubah menurut Herakritos meliputi perasaan maupun wujud dari yang ada dan yang mungkin ada tergantung pada dimensi ruang dan waktu. Sedangkan sesuatu yang tetap menurut Permenides adalah dari zaman dahulu hingga kini, tetaplah manusia itu adalah ciptaan Tuhan jika kita berbicara dalam dimensi spiritual.
Manusia itu terbatas, terbatas terhadap dimensi ruang dan waktunya. Manusia tidak mengetahui semua hakikat seluruh. Manusia hanya memahami sedikit hakikat, bahkan yang sedikit itu saja belum tentu manusia memahami apalagi yang bersifat menyeluruh. Bersyukurlah kita karena Tuhan memberikan keterbatasan terhadap dimensi ruang dan waktu yang kita miliki. Pada dasarnya, filsafat adalah kesadaran untuk mengetahui bahwa manusia adalah serba terbatas meliputi yang ada dan yang mungkin ada dalam dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu, teruslah membaca, karena dengan menbaca kita tidak hanya dapat pikiran tetapi juga hati kita. Membacalah agar kita mampu hidup dan menghidupkan, seimbang dan menyeimbangkan, selaras dan menyelaraskan, bahagia dan membahagiakan, serta ikhlas dan mengikhlaskan.

Rabu, 25 September 2013

Refleksi 1, Filsafat Ilmu

REFILSEP I

 

Manusia berfilsafat karena manusia itu berfikir. Menurut filsuf Yunani, filsafat adalah olah fikir. Manusia selalu berfikir dan bereksperimen. Laboratorium dari eksperimennya adalah kehidupan. Obyeknya meliputi semua hal yang ada dan mungkin ada. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dilengkapi dengan fikiran dan perasaan. Jika manusia tidak mempunyai fikiran dan hanya mempunyai perasaan saja, maka yang terjadi di dunia ini adalah manusia hanya bisa bercinta ketika merasakan kedamaian dan berperang ketika merasa tidak damai. Sebaliknya, jika manusia tidak mempunyai perasaan dan hanya mempunyai fikiran saja, maka yang terjadi adalah manusia akan menguasai dunia dalam bentuk teknologi-teknologi yang diciptakan. Kita ketahui teknologi adalah buah dari pikiran tanpa ada unsur perasaan di dalamnya.

Landasan pertama para filsuf adalah rasa ingin tahu dan ingin mengubah mitos menjadi logos atau menjadikan logos sebagai pengganti mitos. Filsafat pertama adalah filsafat alam. Obyek dari filsafat alam adalah benda-benda alam seperti langit, bumi, bintang, dan sebagainya. Pilar filsafat adalah ilmu hakekat (ontologi), ilmu cara (epistimologi), dan ilmu etik dan estetika (aksiologi). Rukun filsafat di dunia ini ada dua, yaitu hukum identitas dan hukum kontradiksi (tidak mempunyai identitas). Meskipun obyek filsafat meliputi segala hal yang ada dan yang mungkin ada, namun filsafat harus berhenti di area spiritual. Artinya, ada saat dimana harus berhenti berfilsafat, yaitu pada saat manusia berdoa, karena ketika manusia berdoa, maka manusia itupun akan berhenti berfikir.

Filsafat itu hidup, sehingga dapat bersinergi dengan kehidupan. Apabila ada kehidupan maka di situ ada filsafat, bahkan batu sekalipun dapat dikenai filsafat. Filsafat bisa dikendalikan dengan spiritualitas. Tingkatan-tingkatan dalam berfilsafat tergantung pada fikiran yang bertingkat, metode yang bertingkat, dan obyek yang bertingkat. Bahkan berbicara tentang surga dan nerakapun sama halnya dengan membicarakan filsafat. Karena pendekatan spiritualitas keyakinan secara filsafat mengatakan bahwa surga dan neraka itu ada, karena telah menyangkut obyek yang ada dan yang mungkin ada. Sehingga, sampai manusia meninggalpun masih berhubungan dengan filsafatnya. Hal ini dikarenakan setiap manusia merupakan subyek atau obyek dari filsafat. Subyek hidup dan subyek mati terhadap semua amal dan perbuatan manusia. Tidaklah ada manusia di dunia ini yang bisa menunjukkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, tidak ada manusia yang sama dengan dirinya sendiri karena setiap manusia itu relatif terhadap dimensi ruang dan waktu. Hanya Tuhanlah yang sama dengan nama-Nya.

Terkadang, sebagian dari kita merasa bahwa filsafat itu sulit dimengerti. Hal ini dikarenakan oleh dimensi yang berbeda dari setiap manusia. Filsafat itu mengkomunikasikan dimensi, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Ada kalanya orang hanya merasa nyaman ketika berada pada dimensinya sendiri sehingga merasa dimensi orang lain tidak benar. Di sanalah fungsi filsafat. Filsafat berfungsi untuk mengkomunikasikan antara dimensi yang satu dengan dimensi yang lainnya. Filsafat sulit dimengerti oleh setiap orang juga dikarenakan oleh penggunaan bahasa analog dalam berfilsafat. Sehingga setiap orang mempunyai filsafatnya sendiri-sendiri. Esensinya adalah mengadakan sesuatu yang mungkin ada menjadi ada. Yang ada dan yang mungkin ada adalah urusan diri kita masing-masing. Hal ini juga menjelaskan bahwa, belajar dan berfikir adalah urusan kita masing-masing.

Sebagian dari kita pasti mempertanyakan, apakah suatu saat nanti kita bisa berfilsafat? Apakah filsafat itu mudah untuk dikuasai? Jawabanya adalah filsafat itu rangkaian dari hidup, ikhtiar, doa, dan ikhlas. Jangan sampai kita terkena penyakit dalam berfilsafat. Penyakit dalam berfilsafat adalah rasa malas dan mudah bosan. Maka membacalah terus menerus dan dari waktu ke waktu. Berfilsafatlah secara harmoni, selaras, hidup dan menyentuh spiritualitas. Kelola seluruh potensi dan tenaga kita  dengan baik untuk menambah filsafat diri kita.

 

Sabtu, 13 April 2013

Beberapa kalimat yang dapat menginspirasi kita dalam menambah ilmu

Berikut adalah 10 motivasi belajar yang merupakan kutipan dari berbagai tokoh dunia.
Semoga bermanfaat.
..^_^..












sumber: http://pepatahbijak.blogspot.com/